Makanan merupakan
kebutuhan pokok bagi makhluk hidup. Namun, khususnya bagi manusia sekarang
banyak beredar makanan siap saji atau instan. Yang perlu kita pertanyakan,
apakah makanan cepat saji itu menyehatkan? Walaupun memang praktis dalam
pembuatannya, namun makanan cepat saji itu menimbulkan bermacam-macam penyakit.
Kandungan zat kimia di dalam makanan cepat saji itu tidak jarang yang dapat
merusak organ-organ dalam tubuh pada manusia. Semua jenis zat kimia yang masuk
kedalam tubuh kita pastilah akan berdampak negatif, namun dampak nya tidak
langsung kita rasakan saat ini, butuh waktu sekitar 10 tahun baru lah akan
mulai terasa dampak buruk nya, mulai dari gangguan ginjal,pengerasan hati
(sirosis) hingga penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan stroke. Banyak sebagian dari kita yang tidak memperhatikan ini, terkadang
walaupun tau tapi kebanyakan itu acuh dan tidak menghiraukan nya.
Khususnya bagi mahasiswa, mi instan seolah-olah sudah
menjadi teman akrabnya sehari-hari. Mie instan memiliki rasa yang
lezat
serta
proses penyajian
yang mudah
dan cepat, harganya yang
murah
membuat mie instan berpotensi sebagai salah satu bahan makanan substitusi parsial bagi makanan pokok beras. Namun, mie instan belum dianggap sebagai makanan penuh karena belum mencukup i kebutuhan gizi yang seimbang bagi tubuh. Mie yang terbuat dari tepung
terigu
mengandung karbohidrat dalam
jumlah
besar, tetapi kandungan protein, vitamin dan mineralnya hanya sedikit. Pengawetan mie instan dilakukan dengan deep frying yaitu penggorengan dengan minyak goreng nabati pada suhu 120–160 0C selama 60 sampai 90 detik sampai kering sehingga diperoleh kadar airnya kurang
dari 4 % sehingga
mikroorganisme
tidak dapat berkembang
biak.
Mie instan
adalah mie yang sudah dimasak terlebih dahulu dan dicampur dengan minyak, dan
bisa dipersiapkan untuk konsumsi hanya dengan menambahkan air panas dan bumbu –
bumbu yang sudah ada dalam paketnya. Mie instan diciptakan oleh Momofuku Ando
pada 1958, yang kemudian mendirikan perusahaan Nissin dan memproduksi produk mie
instan pertama di dunia Chicken Ramen (ramen adalah sejenis mie Jepang) rasa ayam.
Peristiwa penting lainnya terjadi pada 1971 ketika Nissin memperkenalkan mie
dalam gelas bermerek Cup Noodle. Kemasan mie adalah wadah styrofoam tahan air
yang bisa digunakan untuk memasak mi tersebut. Inovasi berikutnya termasuk
menambahkan sayuran kering ke gelas, melengkapi hidangan mie tersebut. Menurut
sebuah survei Jepang pada tahun 2000, mi instan adalah ciptaan terbaik Jepang
abad ke-20. Hingga 2002, setidaknya ada 55 juta porsi mi instan dikonsumsi
setiap tahunnya di seluruh dunia.
Mie instan sudah merupakan salah satu makanan terfavorit
warga Indonesia. Bisa dipastikan hampir setiap orang telah mencicipi mie instan
atau mempunyai persediaan mi instan di rumah. Bahkan tak jarang orang membawa
mie instan saat ke luar negeri sebagai persediaan “makanan lokal” jika makanan
di luar negeri tidak sesuai selera. Ini karena rasa mie instan yang gurih
sekali karena memakai berbagai bumbu yang tak jarang berbahaya bagi kesehatan
seperti MSG, pengawet buatan, perasa buatan sehingga rasanya jadi seperti rasa
ayam, sapi, bakso, dan sebagainya. Namun, bahan-bahan tersebut malahan harus
diwaspadai bahan kimia yang terkandung didalamnya. Bahan-bahan yang harus
diwaspadai yang terkandung dalam mie instan adalah :
1). Bumbu dan pelengkap
Bumbu yang digunakan antara lain adalah MSG atau vetsin.
Titik kritisnya adalah pada media mikrobial, yaitu media yang digunakan untuk
mengembangbiakkan mikroorganisme yang berfungsi memfermentasi bahan baku
vetsin. Sedangkan bahan pelengkap mie instan adalah bahan-bahan penggurih yaitu
HVP dan yeast extract. HVP atau hidrolized vegetable protein merupakan jenis
protein yang dihidrolisasi dengan asam klorida ataupun dengan enzim. Sumber
enzim inilah yang harus kita pertanyakan apakah berasal dari hewan, tumbuhan
atau mikroorganisme. Kalau hewan tentu harus jelas hewan apa dan bagaimana
penyembelihannya. Sedangkan yeast extract yang menjadi titik kritis adalah asam
amino yang berasal dari hewan.
2). Bahan penambah rasa
Bahan penambah rasa atau flavor selalu digunakan dalam
pembuatan mie instan. Bahan inilah yang akan memberi rasa mie, apakah ayam
bawang, ayam panggang, kari ayam, soto ayam, baso, barbequ, dan sebagainya.
Titik kritis flavor terletak pada sumber flavor. Kalau sumber flavor dari
hewan, tentu harus jelas jenis dan cara penyembelihannya. Begitupun flavor yang
berasal dari rambut atau bagian lain dari tubuh manusia, statusnya adalah
haram.
3). Minyak sayur
Minyak sayur menjadi bermasalah bila sumbernya berasal dari
hewan atau dicampur dengan lemak hewan.
4). Solid Ingredient
Solid ingredient adalah bahan-bahan pelengkap yang
dapat berupa sosis, suwiran ayam, bawang goreng, cabe kering, dan sebagainya.
Titik kritisnya tentu pada sumber hewani yang digunakan.
5). Kecap dan sambal
Berbeda halnya dengan
kecap dan chili sauce menggunakan bahan
pengawet. Banyak jenis pengawet yang digunakan untuk mengawetkan bahan pangan. Salah satu
bahan pengawet yang sering dipakai pada kecap adalah natrium benzoat. Benzoat juga sering digunakan
untuk mengawetkan sari buah, minuman
ringan, saus sambal, selai, jeli, manisan, dan lain-lain. Namun, produsen hendaknya tidak menambahkan jenis bahan
pengawet ini sesuka hati, karena bahan pengawet ini akan merugikan kesehatan jika dipakai secara berlebihan. Pada penderita asma dan urticaria sangat sensitif terhadap
asam benzoat dan jika dikonsumsi
dalam jumlah besar akan mengiritasi lambung. (Cahyadi, 2008). Selain itu, nipagin yang ada dalam mi instan ternyata merupakan
kandungan pengawet yang ada pada kecapnya,
penggunaan nipagin pada mi instan yang beredar di Indonesia saat ini
masih dalam batas kendali. Indonesia sendiri telah menetapkan nipagin
atau metil p-hidroksibenzoat sesuai standar internasional, yaitu 250 mg/kg. Meskipun
sudah memenuhi standar, jika dikonsumsi berlebihan, nipagin juga berdampak
buruk bagi kesehatan. Batas aman pengkonsumsian nipagin tergantung dari ”daily
intake” (batasan seseorang mengonsumsinya dalam sehari) yaitu 10 mg/kg berat
badan manusia. Dalam jangka panjang konsumsi nipagin dengan kadar melebihi
batas maksimum dapat menimbulkan penyakit, antara lain hipersensitivitas
(alergi), urtikaria, bronkospasme, dermatitis, bahkan kanker payudara
Dalam
hal ini yang harus anda perhatikan dan dicamkan ialah “Peringatan bagi kita
semua bahwa Mie Instan tidak boleh dimasak bersamaan dengan bumbunya karena MSG
yang terkandung didalamnya bila dimasak diatas suhu 120°C akan berpotensi
menjadi Karsinogen Pembawa Kanker. Perhatikan prosedur penyajian pada bungkus
Mie Instan, semua menganjurkan agar masak mie dulu baru ditaburi bumbu atau
bumbunya di taruh di mangkok”. Selain itu, kita harus mewaspadai frekuensi mie
instan yang dikonsumsi agar tidak berlebihan sehingga menganggu kesehatan. Dengan demikian, mie instan tidak berbahaya selama konsumsi mie instan
tidak berlebihan.
Referensi
:
(Tanpa Nama). (Tanpa Tahun). Bahaya Mie Instan bagi
Kesehatan [Online]. Tersedia : http://eka.web.id/bahaya-mie-instan-bagi-kesehatan.html.
[5Maret 2012]
Suhud, Farida. (2010). Pengawet Mie Instan Aman Dikonsumsi. [Online]. Tersedia : http://www.ubaya.ac.id/ubaya/interview_detail/21/Pengawet-Mie-Instan-Aman-Dikonsumsi.html. [5 Maret 2012]
PanicSurver. (2010). Pengawet Nipagin dalam Kecap.
[Online]. Tersedia :
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/2062553-pengawet-nipagin-dalam-kecap-pada/. [5 Maret 2012]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar