Selasa, 03 April 2012

Mie instan Berbahaya atau Tidak?

Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup. Namun, khususnya bagi manusia sekarang banyak beredar makanan siap saji atau instan. Yang perlu kita pertanyakan, apakah makanan cepat saji itu menyehatkan? Walaupun memang praktis dalam pembuatannya, namun makanan cepat saji itu menimbulkan bermacam-macam penyakit. Kandungan zat kimia di dalam makanan cepat saji itu tidak jarang yang dapat merusak organ-organ dalam tubuh pada manusia. Semua jenis zat kimia yang masuk kedalam tubuh kita pastilah akan berdampak negatif, namun dampak nya tidak langsung kita rasakan saat ini, butuh waktu sekitar 10 tahun baru lah akan mulai terasa dampak buruk nya, mulai dari gangguan ginjal,pengerasan hati (sirosis) hingga penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan stroke. Banyak sebagian dari kita yang tidak memperhatikan ini, terkadang walaupun tau tapi kebanyakan itu acuh dan tidak menghiraukan nya.
            Khususnya bagi mahasiswa, mi instan seolah-olah sudah menjadi teman akrabnya sehari-hari. Mie instan memiliki rasa yang  lezat  serta  proses  penyajian  yang  mudah  dan  cepat,  harganya  yang  murah membuat mie instan berpotensi sebagai salah satu bahan makanan substitusi parsial bagi makanan pokok beras. Namun, mie instan belum dianggap sebagai makanan penuh karena belum mencukup i kebutuhan gizi yang seimbang bagi tubuh. Mie yang terbuat  dari  tepung  terigu  mengandung  karbohidrat  dalam  jumlah  besar,  tetapi kandungan protein, vitamin dan mineralnya hanya sedikit. Pengawetan mie instan dilakukan dengan deep frying yaitu penggorengan dengan minyak goreng nabati padsuhu 120–160 0C  selama 60 sampai 90 detik sampai kering sehingga diperoleh kadaairnya  kurang  dari  4  %  sehingga  mikroorganisme  tidak  dapat  berkembang  biak.
Mie instan adalah mie yang sudah dimasak terlebih dahulu dan dicampur dengan minyak, dan bisa dipersiapkan untuk konsumsi hanya dengan menambahkan air panas dan bumbu – bumbu yang sudah ada dalam paketnya. Mie instan diciptakan oleh Momofuku Ando pada 1958, yang kemudian mendirikan perusahaan Nissin dan memproduksi produk mie instan pertama di dunia Chicken Ramen (ramen adalah sejenis mie Jepang) rasa ayam. Peristiwa penting lainnya terjadi pada 1971 ketika Nissin memperkenalkan mie dalam gelas bermerek Cup Noodle. Kemasan mie adalah wadah styrofoam tahan air yang bisa digunakan untuk memasak mi tersebut. Inovasi berikutnya termasuk menambahkan sayuran kering ke gelas, melengkapi hidangan mie tersebut. Menurut sebuah survei Jepang pada tahun 2000, mi instan adalah ciptaan terbaik Jepang abad ke-20. Hingga 2002, setidaknya ada 55 juta porsi mi instan dikonsumsi setiap tahunnya di seluruh dunia.
Mie instan sudah merupakan salah satu makanan terfavorit warga Indonesia. Bisa dipastikan hampir setiap orang telah mencicipi mie instan atau mempunyai persediaan mi instan di rumah. Bahkan tak jarang orang membawa mie instan saat ke luar negeri sebagai persediaan “makanan lokal” jika makanan di luar negeri tidak sesuai selera. Ini karena rasa mie instan yang gurih sekali karena memakai berbagai bumbu yang tak jarang berbahaya bagi kesehatan seperti MSG, pengawet buatan, perasa buatan sehingga rasanya jadi seperti rasa ayam, sapi, bakso, dan sebagainya. Namun, bahan-bahan tersebut malahan harus diwaspadai bahan kimia yang terkandung didalamnya. Bahan-bahan yang harus diwaspadai yang terkandung dalam mie instan adalah :
1). Bumbu dan pelengkap
Bumbu yang digunakan antara lain adalah MSG atau vetsin. Titik kritisnya adalah pada media mikrobial, yaitu media yang digunakan untuk mengembangbiakkan mikroorganisme yang berfungsi memfermentasi bahan baku vetsin. Sedangkan bahan pelengkap mie instan adalah bahan-bahan penggurih yaitu HVP dan yeast extract. HVP atau hidrolized vegetable protein merupakan jenis protein yang dihidrolisasi dengan asam klorida ataupun dengan enzim. Sumber enzim inilah yang harus kita pertanyakan apakah berasal dari hewan, tumbuhan atau mikroorganisme. Kalau hewan tentu harus jelas hewan apa dan bagaimana penyembelihannya. Sedangkan yeast extract yang menjadi titik kritis adalah asam amino yang berasal dari hewan.
2). Bahan penambah rasa
Bahan penambah rasa atau flavor selalu digunakan dalam pembuatan mie instan. Bahan inilah yang akan memberi rasa mie, apakah ayam bawang, ayam panggang, kari ayam, soto ayam, baso, barbequ, dan sebagainya. Titik kritis flavor terletak pada sumber flavor. Kalau sumber flavor dari hewan, tentu harus jelas jenis dan cara penyembelihannya. Begitupun flavor yang berasal dari rambut atau bagian lain dari tubuh manusia, statusnya adalah haram.
3). Minyak sayur
Minyak sayur menjadi bermasalah bila sumbernya berasal dari hewan atau dicampur dengan lemak hewan.
4). Solid Ingredient
 Solid ingredient adalah bahan-bahan pelengkap yang dapat berupa sosis, suwiran ayam, bawang goreng, cabe kering, dan sebagainya. Titik kritisnya tentu pada sumber hewani yang digunakan.
5). Kecap dan sambal
 Berbeda halnya dengan kecap dan chili sauce menggunakan bahan pengawet. Banyak jenis pengawet yang digunakan untuk mengawetkan bahan pangan. Salah satu bahan pengawet yang sering dipakai pada kecap adalah natrium benzoat. Benzoat juga sering digunakan untuk mengawetkan sari buah, minuman ringan, saus sambal, selai, jeli, manisan, dan lain-lain. Namun, produsen hendaknya tidak menambahkan jenis bahan pengawet ini sesuka hati, karena bahan pengawet ini akan merugikan kesehatan jika dipakai secara berlebihan. Pada penderita asma dan urticaria sangat sensitif terhadap asam benzoat dan jika dikonsumsi dalam jumlah besar akan mengiritasi lambung. (Cahyadi, 2008). Selain itu, nipagin yang ada dalam mi instan ternyata merupakan kandungan pengawet yang ada pada kecapnya,  penggunaan nipagin pada mi instan yang beredar di Indonesia saat ini masih dalam batas kendali. Indonesia sendiri telah menetapkan nipagin atau metil p-hidroksibenzoat sesuai standar internasional, yaitu 250 mg/kg. Meskipun sudah memenuhi standar, jika dikonsumsi berlebihan, nipagin juga berdampak buruk bagi kesehatan. Batas aman pengkonsumsian nipagin tergantung dari ”daily intake” (batasan seseorang mengonsumsinya dalam sehari) yaitu 10 mg/kg berat badan manusia. Dalam jangka panjang konsumsi nipagin dengan kadar melebihi batas maksimum dapat menimbulkan penyakit, antara lain hipersensitivitas (alergi), urtikaria, bronkospasme, dermatitis, bahkan kanker payudara
 Dalam hal ini yang harus anda perhatikan dan dicamkan ialah “Peringatan bagi kita semua bahwa Mie Instan tidak boleh dimasak bersamaan dengan bumbunya karena MSG yang terkandung didalamnya bila dimasak diatas suhu 120°C akan berpotensi menjadi Karsinogen Pembawa Kanker. Perhatikan prosedur penyajian pada bungkus Mie Instan, semua menganjurkan agar masak mie dulu baru ditaburi bumbu atau bumbunya di taruh di mangkok”. Selain itu, kita harus mewaspadai frekuensi mie instan yang dikonsumsi agar tidak berlebihan sehingga menganggu kesehatan. Dengan demikian, mie instan tidak berbahaya selama konsumsi mie instan tidak berlebihan.

Referensi :
(Tanpa Nama). (Tanpa Tahun).  Bahaya  Mie  Instan  bagi  Kesehatan [Online].  Tersedia : http://eka.web.id/bahaya-mie-instan-bagi-kesehatan.html. [5Maret 2012]
Suhud, Farida. (2010). Pengawet Mie Instan Aman Dikonsumsi. [Online]. Tersedia :  http://www.ubaya.ac.id/ubaya/interview_detail/21/Pengawet-Mie-Instan-Aman-Dikonsumsi.html. [5 Maret 2012]
PanicSurver. (2010). Pengawet  Nipagin  dalam  Kecap.  [Online].  Tersedia :  http://id.shvoong.com/medicine-and-health/2062553-pengawet-nipagin-dalam-kecap-pada/.  [5 Maret 2012]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar